Senin, 25 Februari 2008

Begadangan




Nek anda sering mblayang dan seneng dengan kehidupan bebas, nonggkrong malam-malam di terminal, pasar atau kerennya Wedangan maka hoby itu sama dengan klangenanku.
Sudah sejak tahun 1995 sampai beberapa tahun lalu nongkrong begadang tekan esok di kota-kota kecil di Jateng terutama antara Purwokero-Wonosobo kujalani, (kalau sekarang sih frekuensinya berkurang banget apalagi wis duwe buntut gini )
Nek mbiyen saya kreatif skali buat nyari alasan ke pacar : bisa nengok temanlah, nonton teaterlah, ikut tirakatan pokoknya cari alibi yang berkesan mulia ( nggak kayak pejabat kita alesannya cuman sakit melulu) .
Di terminal Wonosobo waktu itu kalau sempat, anda akan ketemu dengan kelompok pengamen yang asik.Kelompok ini biasa terdiri 3-4 orang, 1 orang pake gitar ( gitaris, kalau tak salah tunanetra ) 1 orang jadi sulingis ( nyebul suling ), 1 orang main ketipung dari pralon merangkap kecrek ( ketipungis ) dan kadang ditambah pemain okulele ( okuleler )
Sing marahi menarik disamping lagu-lagunya uenak tenan tur membawakannya dibikin menarik ada inteaksi dengan penontonnya. pokoknya sudah berjiwa entertainer lokalah. Nek gosipe salah seorang dari mereka sebenarnya punya profesi mulia yakni ngayahi jejibahan nggelar piwulang neng SMP ( guru smp). Cuman karena statusnya masih honorer ( bahasa halusnya wiyata bhakti ) jadi kurang cukup buat nutupi blanjane dapur.

Sebuah cara mensikapi antara idealisme dan kebutuhan hidup yang cerdik. Lha gimana nggak cerdik profesi Guru yang mencerminkan Idealisme dan Tugas mulia tetap jalan, sedang tuntutan hidup dipenuhi dari uang hasil ngamen tur masih dapat bergembira menghibur hati bahkan kadang mentertawakan diri sendiri lewat senandung lagunya .

Konon menurut orang - orang pinter katanya ada beberapa tingkatan orang :

- yang pertama/ paling bijaksana adalah orang yang bisa mentertawakan dirinya sendiri

- tingkat dibawahnya adalah orang yang bisa menasehati dan menghibur dirinya sendiri

- berikutnya adalah orang yang bisa menasehati orang lain

- tingkat paling bawah adalah orang yang ndak peduli sama orang lain apalagi menasehati dirinya sendiri.

Sakliyane ketemu kelompok pengamen tsb kalau lagi ketiban wahyu pas sore/ malam mungkin akan ketemu seorang ibu yang gemuk dan berkacamata. Ibu ini biasa mangkal antara terminal Wonosobo- terminal Banjarnegara ( kadang sampai Purbalingga ).

Kalau pas diterminal dia akan njaluk uang ke orang lain, nganggo beberapa alasan :

- nggo bayar toilet - biasanya cuman Rp 500,-

- kehabisan uang buat pulang mintanya sampai Rp 5000,-

- kecopetan dan kemalan sama sekitar Rp 5000,-

Ibu lemu itu sudah menjalani profesi tsb sudah 6 tahun ( setidaknya yang saya lihat ).Jan bener2 setia sama profesi

Tentu wae kehidupan malam neng ndalan ndak akan berwarna tanpa kehadiran cah nakal ( nek bahasa kasare nggonku : lonthe ). Beberapa cah wedok nakal sing di jalanan wonosobo-banjarnegara saya kenal ( ning sampeyan jangan tanya apakah saya kenal karena sering ketemu atau karena pernah pakai jasa mereka- ora bakalan ngaku saya ).

ana mbak pinah wong wonosobo ning bertugas di banjarnegara,ana mbak ana wong temanggung sing dadi simpenane pak polisi,ana mbak dewi sing putih awake gede (ning ora lemu , wis kaya pitik bangkok – marem tenan ketoke ). Mbak heri sing nyambi bukak pijat panggilan.

Wis kalau ketemu mereka iso marahi lali ngomah.

Ning itu semua dulu lho mas, Jaman mbiyen.

Kalau sekarang wis suwe aku ndak ketemu mereka.

Mugo2 wae para mbak2 tsb masih sehat ( nek iso wis ndak nyambut gawe kayak gitu lagi-mesakke )



Salam,
29 Januari 2008

Tidak ada komentar: