Senin, 25 Februari 2008

Tentreming Ati




Salam.
Berita banjir Solo kemarin dan gempa plus angin lesus Jogja dulu, mengingatkan saya akan suasana jogja dulu.

Hal yg saya sukai kalau pas ke jogja ( neng yoja ) adalah jajan soto, bisa ke tempat pak soleh ataupun kadipiro ( yg lor ndalan ).

Warung pak soleh dgn soto daging sapi punya suasana islami yang kentel ( hawa ne ki hawa santri ), nah kalau soto kadipiro pake daging ayam ning hawane khas njawani cocok buat wong abangan kayak saya ini.

Suasana njawani makin lengkap dgn adanya tulisan di dekat meja utamanya. Ditulis pake huruf jawa, sederhana tapi bagi saya itu sudah mencakup keseluruhan cekelaning urip di jagad bebrayan ini.
Sebuah pandangan yang bisa menuntun ke sangkan paraning dumadi ( atau kalau Cak Nun bilang : bisa dijadikan pedoman buat memahami keikhlasan dan rasa syukur menuju tataran insanul kamil ).
Nah kalau saya ndak salah mbaca bunyinya :

kamulyaning urip

dumunung tentreming ati


( kesuksesan dan kebahagiaan hidup,

terletak pada ketentraman hati )


coba apa ada kalimat lain yang lebih tuntas dan sederhana ( ora ndakik-ndakin ) tapi mampu merangkum hakekat hidup dibanding ukara tadi ?

Dalam rumusan modern :

orang akan merasa sukses dan bahagia kalau keinginannya terpenuhi.

Jadi susah payah mbanting tulang, sirah dibikin sikil, sikil dibikin sirah buat ngejar keinginan. Cuman selama ini keinginan-keinginan kita ini kan kadang liar, kadang mengada-ada. Begitu kreatifnya kita menciptakan keinginan-keinginan baru, alibi dan dalil diperas buat jadi alasan bahwa keinginan tsb sesuai dgn kebutuhan kita.

Nurani kita sudah dilatih buat terbiasa dgn kepuasan pribadi,

kebahagian kita sandarkan pada terlampiaskannya kebutuhan pribadi.

Jadi kebahagiaan dan kesuksesan hidup adalah muara atawa kondisi final dari serangkaian usaha yang telah kita lakukan.

Nah di soto kadipiro konsep bahwa kebahagian adalah tujuan akhir dari aktivitas itu ora kanggo.

Kebahagiaan dan kesuksesan ada dalam setiap proses atau kegiatan itu sendiri. Tujuan dan hasil final bukanlah segala-galanya.

Niatan yang tulus, dan mampu mengendalikan keinginan ( iso mbedakke pepinginan sing perlu lan ora perlu ) adalah jaminan kebahagiaan itu sendiri.

Bahkan kalau kita bisa meminimalkan keinginan kita,hidup jadi lebih gampang dan kebahagiaan ada di tangan.

Semoga saat ini kita bisa memenej segenap doa,alibi,sebagian rejeki,dan hati kita untuk satu keinginan :

melihat berakhirnya derita saudara kita :

- yg kebanjiran

- yg kelongsoran

- yg harus antri minyak,tempe ataupun terigu

- dan yg sedang menderita lainnya

semoga sejenak kita merasa sudah berkecukupan hingga punya waktu untuk orang lain

semoga semua makhluk berbahagia

1 komentar:

Unknown mengatakan...

leres pak...kata2nya membuat saya merenung