Senin, 25 Februari 2008

Priyayi Parakan




Nama sebenarnya Wastoni.Kalau selama ini cah kost yang lain manggil dia Mas Toni itu semata-mata karena salah dengar waktu pertama kenalan.

Tibake jeneng asline Wastoni , ini diketahui setelah keluarganya nyeluk nganggo : Was !, Wastoni!

bukan seperti yang selama ini kami lakukan pakai nickname : Ton, Toni.

apalagi sak wisnya kami dengar keponakannya manggil : Pak Was,Pak Was

Tahun 1989 Mas Toni ini pamit sama Bapa-Biyung sanak kadang yang telah momong di daerah Parakan Temanggung untuk sinau ngangsu kawruh istilahnya nyantrik babagan ekonomi di peguron mbulaksumur madep mantep dan bangga sebagai cantrik ilmu ekonomi dan study pembangunan ( seangkatan sama Budiman Sudjatmiko ).

Buat sehari2 dia ngekos didaerah klebengan,tadinya kamarnya madep ngetan ning terus pindah sing ngadep kidul di belakang rumah pak nur .suasanane pancen nyaman, akeh wit buah-buahan, terus sing lebih uenak lagi pak nur yg nyambi dadi paranormal ini tamu kebak tur mesti nggawa oleh2.Apalagi nek jumat malam, wis mesti cah-cah kebagian ingkung pitik.

Waktu demi waktu berlalu ,sebagai cantrik yang cukup prigel lha wong biji-ne ( istilah jaman SD mbiyen ,kalau sekarang IP-ne )jarena diatas 3,25 kok.
durung patang tahun wis kkn, tinggal selangkah lagi winisuda.

Lha yang nganeh-nganeh itu sejak pulang kkn kok punya hobi baru yaitu jalan-jalan ke pelosok ” nrabas desa milang kori ” atau kalau Mr Bush bilang Turne. Ndeso2 sikitar sleman wis diubengi, wonosari-mbantul tekan kulon progo wis apal,sok sok neng pelosoke magelang purworejo.Pokoke tornadone wis ditumpaki ngambah desa dan dusun.

Klimaks dari sak kabehi itu adalah saat dia memproklamirkan diri :

” bahwa setelah mempertimbangkan gejala yang ada, maka saya memutuskan untuk tidak meneruskan skripsi ini.Bahkan apabila dikemudian hari status cantrik inipun saya lepas , itu merupakan keputusan tanpa tekanan pihak luar . Kuliah takrasakan justru membuat saya pangling dgn aroma klembak menyan dan citarasa jangan kopral yg ada didepan saya “.

nDak ada dari temen kost ( termasuk saya yg biasa males kuliah ) sing setuju dan memahami ide pretikel kayak gitu. Kabeh maido dan ndak mudeng kenapa ndadak metu kuliah.

Wis sejak kuwi kamare kerep ketok terkunci, suwe2 wonge ora tau ketok.ngilang kaya aktivitis sing dijemput aparat ( wektu itu ).Bahkan untuk ngosongin kamarnyapun bukan dia yg datang, malah kanjeng ramane sing ngasta lurah di tlatah parakan sana yg mengeksekusinya.

Mas toni ngilang,ambles bumi.Kanca sak kost meh lali,sibuk dgn agenda masing2 :lulus,kerjo ( kayak saya menjual diri dadi sekrup industri ),nglumpuke sangu kanggo nglamar anake mertua.

Pirang tahun lalu saya (dikongkon kantor) lewat daerah temanggung, mak jegagik saya dadi teringat Mas Toni,krenteging ati suatu saat saya harus ketemu dia.

Pas prei desember taksampatkan sowan ke rumahnya di prajan utara terminal Parakan .

Weh badannya tambah lemu,masih riang dan andap asor.

Profesi yang digeluti adalah sebagai broker mbakau ( mungkin dalam siaran pedesaan disebut sebagai tengkulak ).masih mbujang. Dan yang pasti tiap sore sesudah ngAshar, mesti sarungan , ngopi sambil nglinting tembakau ( pakai klembak,cengkeh tanpa menyan ).

Urip harmoni dan nglaras yang membuat saya benar-benar iri.

Lha gimana ndak bikin meri yang lain, bayangkan :

- mbujang ( ning sudah ada calon ),

- rumah ada,

- tiap hari bisa sholat ashar di masjid depan rumah,

- tiap sore bisa ngopi,

- kadang-kadang kalau pas ada pertunjukan ketoprak atau lengger pasti bisa mirsani.

Pokoknya segala kebutuhan sosialnya mudah terpenuhi.

Keberanian menjalani hidup berdasar keyakinan sendiri yang mungkin tidak umum itu lho yang bikin saya kecil hati didepanya.

Mas2 dan mbak2 nek saya boleh nanya :

- lumrahkah kalau saya iri sama Mas Toni tsb ?

- lumrahkah jalan yang ditempuhnya ?

- Kira-kira jalan hidupnya itu karena saking beraninya dia atau justru karena saking penakutnya dia ya ?

- Terus kita ini termasuk orang yang punya pendirian atau justru cuman ikut-ikutan saja ya ?, kuliah - bekerja di kota-punya rumah mobil- terus rumangsa dadi uwong.

- Normalkah nek kita2 ini merasa bangga justru saat kita ndak punya waktu lagi nyawang srengenge cemlorot dan saat angslup?

bayangan saya kalau bisa kayak Mas Toni, keluarga kecukupan tur saben sore bisa nyruput teh panas sambil ngrokok gudang garam di rumah,
wah mak-nyus tenan.


salam

Solo 13 February 2008

4 komentar:

Wong Cerbon mengatakan...

menurut saya itulah pilihan hidup.
dan ketika seseorang memutuskan pilihan hidupnya maka pasti akan ada berkat yang disediakan.

Wong Cerbon

Unknown mengatakan...

Ternyata sampean pandai menulis. Tulisane bagus, mudah dipahami dengan gaya yang santai, ning nggawa pembaca untuk melu merenung.

Mestine tulisan-tulisane di kirim neng majalah utawa koran.

Aku sempet mikir angger urip neng ndesa kuwi sajane enak tenan, ning berhubung kerjaku aku mesti melu PJKA.

Kere Palur - Tepi Bengawan Solo mengatakan...

iya pak
Makin lama2 makin terasa nek terkadang kita menjalani hidup karena ndak ada pilihan lain.
Ya orang yg sedang beruntung bisa saja ngomong nek semuanya tergantung diri kita sendiri.


salam

yayon

Unknown mengatakan...

permisi pak, mau minta tolong, katanya di palur ada tukang pijat yang terkenal untuk memulihkan tulang yg keseleo, bila berkenan mohon infonya, matur nuwun sak derenge -yani, surabaya-